menyimak sunyi



rambutnya sebahu lebih. 
tetapi pikiranku melebihi bahu itu saat menyaksikannya

Kalau kau amati dari belakang, sekitar lima meter di saat angin berdesir, kau tentu sepaham bahwa menyimak rambutnya seperti menyimak kumpulan ombak laut yang sedang beriak.

Jika kau bermaksud mendekatinya, kau juga harus belajar pada ombak laut itu ketika menyapa pasir di pesisir. Jangan seperti ketika angin mendekati pasir. Datang tiba-tiba, sehingga pasir menjadi debu-debu menyibukkan mata yang luput ditutup.

Ya, belajarlah dari ombak, mendekati pasir dengan menyurutkan deru, dan meninggalkan seteru dan sekutu. Kenapa begitu?

Diam-diam dia serupa pasir. Pasir yang tampak tak bergerak bila kau lihat, bahkan ketika kau datangi seakan tetap tak berisik, jangan kau duga pasir itu pemalu atau pendiam, maupun mendemdam pada alam. Dia serupa pasir, menerima kehadiran ombak dan membiarkannya bercanda dengan gulungan dan hempasannya. Dia serupa pasir, menemani angin yang tidak sempat berteduh untuk mengeluh meski selalu bikin gaduh.

Tapi sungguh, dia tidak serupa karang.

Dia tidak serupa karang, yang baru membuka matanya ketika ombak menepuk dengan keras. Dia tidak serupa karang, jika malam tidak kelihatan, bahkan kerap membuat malu para nelayan karena perahu kehilangan ikan.

Dia juga tidak serupa ombak.Ombak yang suka mengamuk ketika disapa angin sehingga pasang.

Tapi dia juga serupa karang.
Ya. Serupa karang.Karang,

yang menyimak kesunyian. 15 Desember 2008

Komentar