“diary tentang”


“diary tentang”

Malam itu, di suatu acara tertentu kau datang dengan temanmu. Pun, temanku. Melihatmu berjilbab penuh, itu sebenarnya hal biasa. Aku biasa menemukannya di jalan-jalan, di antero kampus-kampus, atau di LDK-LDK masjid yang marak dengan pengajian yang menostalgiakan irama padang pasir.

Meskipun demikian, terlibat diskusi alot, tajam, dan kritis denganmu tanpa berminat untuk berlarut-larut pada egoisme fanatis primordial berlebihan membuat segalasesuatunya serba berbeda. Karena itu nona, aku membuka telpon dan secara jujur padamu tentang suatu ketetapan politis. Bahwa apabila aku intens tentangmu maka itu bukan semata-mata tanpa pamrih. Itu semua politis. Kukatakan, aku sedang mengajukan diri.

Menyaksikan cermin pertemuan denganmu yang demikian membuatku menyimpan kepentingan tersembunyi, kebersamaan yang bersama denganmu; membuatku memiliki kepentingan terbuka, buka pintu halaman dan biarkan aku menanaminya bunga matahari dan setelah itu kau yang menyiraminya setiap pagi atau sore dan aku yang merapikan rumput-rumput liar di sekitar.

Dan, entah bagaimana alur terasa membuka simpul benang kusut yang kesut. Dan, telpon pun ditutup. Hari masih sangat pagi untuk berdiri sebelum subuh benar-benar membaktikan dirinya. Seperti biasa, selalu ada kabut tebal usil mengaburkan jejak. Kau, layaknya bintang kejora di sudut langit. Dan, embun-embun yang menetes di sela-sela kabut yang tambah kusut.

Ternyata bukan perkara mudah menghadapi cinta kemudian menjalaninya. Mungkin memang tidak cukup sekedar jatuh cinta tentangmu, kemudian sekedar mengadakan basa-basi pertemuan dan perkenalan. Cinta memang bukan itu. Cinta adalah perbuatan yang mewadahi rasa mengerti, memaknai, kemudian menyerap ritmik pengertian mendalam akan arti “hadir” masing-masing. Kedua-duanya. Kalau demikian, maka pilihannya, kau atau aku? Atau kedua-duanya?.[] 14 September 2008

Komentar